Oleh: Faisal Dzikri 

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami berkomentar terkait problematika yang dilontarkan oleh kaum minoritas mengenai salah satu bait syair yang ditulis Imam Bushiri dalam Qasidah Burdah. Bunyi bait tersebut ialah,

فَإِنَّ مِنْ جُودِكَ الدُّنْيَا وَضَرَّتَهَا *** وَمِنْ عُلُومِكَ عِلْمُ اللَّوْحِ وَالقَلَمِ؟

"Di antara kemurahan-Mu (Nabi) adalah dunia dan akhirat baqa. Dan di antara ilmu-Mu adalah ilmu Lauh dan Qolam."

Paradigma kaum minoritas mengatakan bahwa eksistensi bait Imam Bushiri tersebut telah menuai polemik dan konflik di kalangan ulama. Kausalitas problem tersebut timbul setelah makna bait menunjukan bahwa Nabi mengetahui ilmu Lauh dan Mahfuzh (ilmu-ilmu gaib yang telah lampau maupun masa mendatang), tentunya hal ini bertolak belakang dengan statment yang mengatakan bahwa tak ada satupun mahluk mengetahui hal gaib kecuali Allah Swt. Mereka beranggapan bahwa Imam Bushiri telah berspekulasi dalam qasidahnya.

Dalam kitab Umdah Syarh Burdah, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami berkata, "Terkait problem yang ditulis Imam Bushiri dalam qasidahnya, beliau menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw mampu mengetahui Ilmu Lauh dan Qolam. Hal itu tidak dipungkiri, karena memang Allah swt telah menunjukan kepada-Nya akan seluruh ilmu yang ada di Lauh Mahfuzh pada malam peristiwa Isra' dan Mi'raj, kemudian Allah swt mengaruniakan ilmu-ilmu lainnya seperti rahasia-rahasia terkait dengan Dzat Allah swt dan sifat-sifat-Nya."

Selain itu, Imam Ibnu Hajar juga telah menafsirkan sebuah bait yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.

كَيْفَمَا تَفُوْزَ بِوَصْلٍ أَيِّ مُسْتَتِرٍ عَنِ الْــــــــــعُيُــــــــوْنِ وَسِرِّ أَيِّ مُكْتَتِمِ.

"Agar Kau peroleh hubungan sempurna tertutup dari pandangan mata, dan rahasia nan tiada terbuka tersimpan dari mahluk tercipta."

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: علمني ربي ليلة الإسراء علوما شتى، فعلم أخذ عليّ كتمانه، وعلّم خيرني فيه، وعلم أمرني بتبليغه.

Dari Ibnu Abbas Ra berkata, Rasulullah Saw bersabda, "Ketika Aku diisra'kan, Tuhan-Ku telah mengajarkan kepada-Ku ilmu yang bermacam-macam, di antaranya ada ilmu yang wajib Aku sembunyikan, kemudian ada ilmu yang diberikan pilihan kepada-Ku (antara disampaikan atau disembunyikan), serta ada ilmu yang (Allah) perintahkan kepada-Ku untuk wajib disampaikan."

قال علي كرم الله وجهه: فكان النبي صلى الله عليه وسلم يسر إلى أبي بكر وعمر وعثمان وإليّ بما خير فيه.

Sayyidina Ali KarramaAllah wajhah berkata, "Nabi Muhammad Saw memberitahu rahasia kepada Abu Bakar, Umar, Usman dan kepadaku tentang ilmu yang beliau tentukan sendiri (dalam penyampainnya)."

Orientasi ulama sepakat bahwa rahasia yang hanya disampaikan Rasulullah saw kepada Khulafaur Rasyidin merupakan rahasia akan keagungan Allah Swt. Hal ini selaras dengan firman Allah swt,

فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى (النجم: 10)

"Lalu disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan." (QS: An-Najm: 10)

Syekh Ibnu Maqlasy Al-Wahraniy seorang pakar ulama yang telah mensyarahkan syair Burdah menyebutkan dalam kitabnya Syarhul Mutawassith, "Ayat ini menunjukan bahwa kebanyakan apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw tidak diketahui oleh orang lain."

Setelah menafsirkan sejumlah hadis yang berceritakan tentang bagaimana Nabi Muhammad saw mengajarkan para sahabatnya akan ilmu-ilmu gaib, baik itu yang telah terjadi di masa lampau ataupun perkara yang akan terjadi di masa mendatang, Syekh Bassam Muhammad Baarud pengurai kitab Umdah fi Syarhil Burdah ikut berkomentar,

"Terkait Ilmu (gaib) yang diketahui oleh Rasulullah saw, hal tersebut tidaklah serupa dengan pengetahuan ilmu Allah. Karena Ilmu gaib tidak ada yang mengetahui kecuali Allah, dan barangsiapa yang mengingkari hal ini maka sungguh dia telah kafir. Adapun mengenai ilmu (gaib) yang diketahui oleh Rasulullah saw tentang perkara yang telah terjadi di masa lampau dan perkara yang akan terjadi di masa mendatang hingga akhir kiamat, begitupun dengan kabar masuknya ahli Surga ke Surga dan ahli Neraka ke Neraka. Hal ini sepadan dengan dengan hadis yang disebutkan sebelumnya. Dan tidak perlu diragukan lagi bahwa Nabi saw mengetahui ilmu gaib setelah Allah mengajarkan hal tersebut kepadanya."

Allah swt berfirman,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداً. إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ. (الجن: 26-27)

"Dia adalah tuhan yang mengetahui yang gaib, dan Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang hal gaib itu kecuali kepada Rasul yang diridhoi-Nya…" (QS: Al-Jin: 26-27)

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ٱلْغَيْبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

"Katakanlah, tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan di bangkitkan." (QS: An-Naml" 65)

Konklusi dari problem di atas adalah bahwa mindset kaum minoritas yang menyatakan Imam Bushiri telah berspekulasi dalam syairnya merupakan hal yang keliru, bahkan dikategorikan sebagai sikap tak terpuji dan tercela. Penafsiran mereka hanya terhenti pada makna secara dzhohir saja, tanpa memandang dan mengkaji dari sisi yang lain.

Dan ilmu gaib yang diketahui oleh Rasulullah saw bukanlah ilmunya sendiri, melainkan ilmu yang bersumber dari Allah Swt, Beliau mendapatkan ilmu tersebut pada malam peristiwa Isra dan Mikraj. Dan Jumhur Ulama bersepakat bahwa tidak ada yang mengetahui ilmu-ilmu gaib secara mutlak kecuali Allah swt.

Wallahu A'lam bis Showab. . .


===============